"Seringkali jabatan, institusi dan kedudukan yang berbeda menjadi masalah dan membuat tujuan Negara ini kacau"
SENKOM,JAKARTA - Wakapolri menyampaikan sambutan saat upacara penutupan Diklat Kamtibmas dan Telematika, Senkom Mitra Polri.
“Rekan-rekan sekalian…! saya menggunakan kata rekan-rekan, agar kita makin dekat. Mari kita sejenak menanggalkan semua pangkat, status, jabatan dan kedudukan kita di sini. Seringkali jabatan, institusi dan kedudukan yang berbeda menjadi masalah dan membuat tujuan Negara ini kacau. Setiap kali kita mendengarkan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, setiap saat kita mendengarkan lagu Mars Senkom, Hymne Senkom yang menggugah semangat. Mari kita jadikan itu sebagai falsafah dalam jiwa kita, dalam dada dan benak kita, menjadi landasan kita dalam bersikap dan perprilaku. Jangan jadikan lagu itu hanya menjadi penghias bibir saja, dan bahkan sikap dan tingkah laku kita bertentangan dengan apa yang kita teriakkan dalam lagu itu,”
“Rekan-rekan sekalian…! saya menggunakan kata rekan-rekan, agar kita makin dekat. Mari kita sejenak menanggalkan semua pangkat, status, jabatan dan kedudukan kita di sini. Seringkali jabatan, institusi dan kedudukan yang berbeda menjadi masalah dan membuat tujuan Negara ini kacau. Setiap kali kita mendengarkan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, setiap saat kita mendengarkan lagu Mars Senkom, Hymne Senkom yang menggugah semangat. Mari kita jadikan itu sebagai falsafah dalam jiwa kita, dalam dada dan benak kita, menjadi landasan kita dalam bersikap dan perprilaku. Jangan jadikan lagu itu hanya menjadi penghias bibir saja, dan bahkan sikap dan tingkah laku kita bertentangan dengan apa yang kita teriakkan dalam lagu itu,”
Demikian pesan wakil
kepala polri, Komisaris Jenderal Nanan Soekarna, saat bertindak sebagai pembina
dalam upacara penutupan Diklatnas Kamtibmas dan Telematika, yang berlangsung di
kompleks Yayasan Minhajirosyiidin, Pondok Gede,Lubang Buaya, Jakarta Timur,
Kamis (11/4/2013) lalu.
Wakapolri bersama jajaran Pengurus Pusat Senkom Mitra Polri |
“Rekan-rekan sekalian, kita boleh berwawasan global, namun fikiran kita harus tetap nasional, dan sikap kita berlandaskan pada kearifan lokal. Wawasan global diperlukan agar wawasan kita luas dan siap menghadapi tantangan apapun, namun fikiran nasional tetap harus menjadi landasan kita dalam bertindak sesuai kearifan lokal masing-masing, seperti yang kita teriakkan NKRI Harga mati,” lanjut jenderal bintang tiga itu.
Menurutnya, kesalahan bangsa ini dalam menyikapi perkembangan global merupakan salah satu penyebab rusaknya system pengamanan dalam negeri, yang terlalu menonjolkan hak hukum secara pribadi dan terlalu bersifat individual. Padahal ada kewajiban hukum dan kewajiban asasi secara umum yang perlu mendapatkan prioritas utama dalam bermasyarakat.
“Dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, hak hukum secara pribadi harus dikesampingkan dan mengutamakan hak orang lain, ini yang perlu menjadi perhatian kita dalam menegakkan keutuhan bangsa dalam bingkai NKRI. Silakan perjuangkan hak pribadi masing-masing, namun jangan lupa bahwa kita memiliki kewajiban untuk menghargai hak-hak orang lain. Kalau boleh kita merugi untuk orang lain, sebab di situlah hakikinya kebahagiaan,” tegasnya.
Wakapolri |
"Wawasan boleh Global, namun fikiran harus tetap nasional, sikap lokal"
Wakapolri yang berbicara di hadapan ribuan personil Senkom Mitra Polri dari seluruh penjuru Nusantara menegaskan, inti dari penegakan kamtibmas adalah bersedia merugi untuk orang lain .
“Merugi untuk kebahagiaan orang lain, berani mengorbankan jiwa, harta, tenaga untuk sesama adalah pangkal dari terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat. Saya berharap kepada rekan-rekan sepulang dari diklatnas ini, agar dapat menerapkan sikap itu di tengah masyarakat, agar tercipta keamanan dan ketertiban seperti yang kita harapkan.” Lanjut wakapolri sambil menyarankan terbentuknya Senkom Wanita.
"Merugi untuk orang lain
pangkal kebahagiaan hakiki"
Lebih jauh, wakapolri mengatakan kebanyakan gangguan kamtibmas yang terjadi di tengah masyarakat saat ini dipicu oleh aksi saling rebutan hak, rebutan harta, rebutan kedudukan dan jabatan.
“Harta, kedudukan,
pangkat dan jabatan itu semua sifatnya sementara. Mari kita abaikan semua itu,
hindari saling rebutan hak, saling rebutan posisi dan kedudukan, dijamin
keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat akan terwujud, saya berharap
kepada Senkom yang jumlahnya 1,7 juta orang di seluruh Nusantara ini, untuk
menjadi pelopor terwujudkan kamtibmas di negeri ini,” lanjutnya.
Ketum Senkom bersama Wakapolri dan jajaran |
Selain persoalan
kamtibmas, wakapolri yang juga merupakan ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) itu
menitipkan pesan kepada personil senkom untuk menjadi pelopor keselamatan
berlalu-lintas. Berdasarkan data di kepolisian, setiap tahun sebanyak 30.000
orang meninggal di jalan raya, karena pelanggaran aturan dan etika
berlalu-lintas.
“Saya minta kepada seluruh
anggota Senkom Mitra Polri untuk menjadi pelopor keselamatan berlalu-lintas.
Sekaligus mengawasi jalannya pemerintahan. Awasi pemerintah, awasi polisi,
sebab pejabat publik adalah pelayan masyarakat yang wajib memuaskan pelanggan,
pelanggannya siapa? Masyarakat adalah pelanggan yang wajib kami layani.”katanya.
Tiga hal pokok yang disampaikan wakapolri saat menutup diklatnas Telematika dan Kamtibmas Senkom Mitra Polri 2013 yang berlangsung tiga hari itu,
Wakapolri mengakhiri
pidato dalam upacara penutupan tersebut dengan menyampaikan 7 Budi Utama, yakni
1.Jujur terpercaya,
2.Bertanggungjawab,
3.Visioner,
4.Disiplin,
5.Kerjasama,
6.Adil dan
7.Peduli.
sambil mengucapkan selamat kembali ke daerah masing-masing, kepada seluruh anggota Senkom Mitra Polri.
1.Jujur terpercaya,
2.Bertanggungjawab,
3.Visioner,
4.Disiplin,
5.Kerjasama,
6.Adil dan
7.Peduli.
sambil mengucapkan selamat kembali ke daerah masing-masing, kepada seluruh anggota Senkom Mitra Polri.
Penulis
: Khairil Anas (Sulsel 3A)
Berdasarkan
video rekaman, upacara penutupan Kamtibmas dan Telematika
di
Jakarta, Kamis 11 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar